Selalu Panggil Aku
Jika perkenalan berawal dari sebuah kata, maka: “Hey..” adalah kata yang paling sempurna untuk memulainya.
“Hey…permisi itu motor saya!” nada suara gadis ini begitu tegas, mengusir ku dan beberapa teman yang sedang nongkrong di parkiran kampus.
riuh satu satu gerombolan kala menanggapi permintaan gadis ini, aku yang terduduk di jok sontak berdiri, membiarkan gadis itu dengan senyumannya berjingkat menaiki sekuter metiknya kemudian berkendara pergi.
“siapa tu cewek?” pekik mereka: gerombolanku yang tak menanyakan namanya. Dia Laras, batinku menyebut lirih namanya.
Mataku masih tak beranjak, hingga sentak keras telapak tangan di pundak menyadarkan ku.
“bengong aja lo, kelas uda mau mulai tu dosennya udah masuk ruangan!” gelabakan aku melihat sekitar, benar seorang dosen telah melintas masuk ke ruang kelas.
“Hey… permisi kita mau naik” tangga ke laboratorium lantai dua mendadak bergemuruh saat seorang gadis merangsek meminta dibukakan jalan, aku yang duduk di anak tangga ke dua menjadi tumbalnya.
“udah tahu tangga malah buat duduk itu gimana si lo, ini ada cewek cantik mau lewat juga.” seru kawanku menyalahkan kelakuan kami, mendorong ku agar cepat berdiri, alibinya menyembunyikan larinya dari anak tangga ke tiga.
Aku hanya berdiri menjauh dari tangga, berbalik menatap sang gadis yang anggun berlalu, lirih aku berujar dalam diam “ Laras”.
“Hey… bisa minta tolong ambilkan buku itu!” pinta seorang gadis menunjuk buku bersampul kuning besar di rak paling atas, perpustakaan seakan sepi sejenak, aku yang fokus mencari referensi skripsi mendadak buyar, menatap gadis cantik yang berdiri sejengkal di sampingku.
“Kenapa? kok malah bengong” sentaknya menatap canggung Ku.
“Yang warna kuning ini kan?” hilang lamunanku berganti sigap mengambilkan buku yang diminta Laras.
“makasih ya.” dia mendekap buku itu di dadanya dengan kedua tangan dan berlari menghambur ke meja besar, tempat kawan-kawannya sedang mengerjakan tugas.
dari lobi kampus, Aku hendak berjalan pulang ke kosan sore ini, mentari kemerahan di ujung barat, dan lagi aku melihat seorang gadis mematung di dekat gerbang keluar kampus, bersandar di pagar sana.
“kamu gak bawa motor?” sapaku begitu nyaris di hadapannya.
“dijemput ?” kesal, nadanya sinis benar.
“Mau ku temenin ?” aku bertanya halus ke Laras
”Hey…?” dia menatap sendu, nadanya lirih, jauh lebih lirih daripada saat memanggil ku biasanya.
Namaku Heri tapi hanya gadis ini yang memanggilku: Hey.
12/Jun 2021 | Y.N.Widyatno